Di sebuah desa kecil tinggalah keluarga sederhana yang
hidupnya serba kekurangan. Namun mereka selalu merasa hidupnya lebih dari
cukup. Bukan karena mereka adalah keluarga yang sombong, melainkan karena
mereka selalu mensyukuri apa yang telah Allah berikan.
“mah Mira
berangkat sekolah dulu ya?” Pamit Mira
“Iya
hati-hati sayang, mana Kak Wawannya?” Tanya Ibu
“Kak Wawan
tadi berangkat duluan mah, katanya sih mau pergi ke pasar dulu gak tau mau
ngapain emang gak bilang?”
“Iya tadi
emang Wawan bilang mau beli bahan-bahan buat praktek kirain nungguin kamu dulu.
Yaudah hati-hati ya nak?”
“Baik mah, Assalamualaikum”
Sesampainya
disekolah yang pertama Mira lakukan adalah membersihkan kelasnya. Kemudian
membuka buku dan membaca apa yang ia inginkan. Meskipun demikian Ia tak pernah
bisa mendapatkan nilai yang bagus ketika ulangan
“Kaka, tadi
Mira dapet nilai 5 waktu ulangan”
“Kenapa
bisa sist? Makanya belajar yang rajin!” Tawa sang kaka pada adik kesayangannya
itu. Tak heran karena memang Kak Wawan adalah salah satu siswa terbaik
disekolah.
“Yah kaka,
malah ngetawain. Sombong nih. Tadi pagi saya belajar kok kak. Perasaan juga
tadi udah ngerjain bener. Dan saya kesel kak, yang lain malah nilainya bagus.
Meskipun hasil nyontek.”
“Huss gak
boleh gitu, tak baik menuduh orang sembarangan mungkin aja mereka memang
benar-benar bisa. Kamunya aja yang kurang belajar” Wawan menasehati adik
kecilnya itu.
“Ih kaka,
kok malah belain mereka. Pokoknya aku sebel. Aku gak mau belajar” Gerutu Mira
sepanjang perjalanan pulang.
“Jangan
gitu donk de, perjalanan masih panjang. Masa baru kaya gini udah nyerah. Kita
harus selalu berpositif thinking. Pasti ada rencana lain dibalik semua ini.
Mungkin ini adalah sebuah teguran karena ada yang salah pada mu de, dan yang
harus kamu lakukan adalah introfeksi bukan menyalahkan orang lain.” Ucap Wawan
sambil mengayuh sepedanya.
“Ya mungkin
kaka benar, ini pasti cobaan allah apakah aku akan tetap menjadi orang yang
jujur atau malah menjadi pendusta besar”
“Nah gitu
donk, itu baru adik kaka”
---
Tak terasa
mereka telah sampai didepan rumah, disambut segelas air putih yang telah
disiapkan oleh Ibu.
Ibu,
satu-satunya orang tua yang mereka miliki, karena sejak 3 tahun yang lalu Ayah
Mira telah meninggal dunia akibat kecelakaan sepeda motor ketika akan pergi
mengajar. Ya Ayah mira adalah seorang Guru. Dan sejak ditinggal oleh suaminya,
Ibu Mira bekerja sebagai penjahit dan mengajar ngaji. Tak heran jika anak-anak
nya tumbuh menjadi seorang yang religius.
“Assalamu’alaikum”
Ucap seorang anak laki-laki didepan rumah Mira
“Waalaikumsalam”
Jawab Ibu Mira, “Cari siapa de?” Lanjut Ibu
“Mira nya
ada Bu?” Tanya anak laki-laki
Belum
sempat Ibu menjawab, Kak wawan datang sambil mengulurkan tangannya untuk
berjabat tangan.
“Assalamualaikum
Ris, ada apa? Ada
yang bisa kaka Bantu?” Tanya Kak Wawan sopan.
“Kak Wawan?
Kok kaka ada disini? Saya mau ketemu Mira Kak.” Jawab Haris terkejut.
“Oh, tunggu
aja bentar lagi juga Mira keluar” Suruh Kak wawan.
“Bentar ya
Nak, Ibu ambilkan minum dulu?” Kata Ibu sambil masuk ke dapur
“Engga usah
repot-repot bu!” Jawab Haris
Tak lama
kemudian Mira datang, sambil menampakkan muka juteknya.
“Ada apa kesini? Tanya
Mira ketus
Saya mau
Tanya Mir, kemarin kan
saya ngumpulin tugas Matematik. Tapi kenapa tadi Pak Rudi bilang tugas saya gak
ada. Kata anak-anak kan
kamu yang ngumpulin tugasnya.
“Lah mana
saya tahu, tugas saya kan
hanya mengumpulkan tugas, mana saya tahu tugas kamu?”
“Beneran
kamu tidak tau Mir? Tanya Haris penasaran.
“ya”
Jawabnya singkat.
“Yasudah
kalo begitu, makasih ya mungkin saya akan Tanya ke anak-anak yang lain.”
“Ya
siahkan!”
Setelah Haris pulang kak Wawan bertanya kepada Mira, “Kamu
beneran tidak tau de tentang tugasnya Haris?”
“Oh jadi kaka nguping ya?” Ucap Mira.
“Gak sengaja de, bener gak tau?”
“Biarin aja Kak, biar jadi pelajaran buat dia agar tidak
egois menjadi orang!”
“Egiois gimana? Haris kan
anak yang pintar kaka piker dia adalah murid terbaik dikelasmu de”
“Ya memang benar Kak, Dia memang pintar segalanya. Karena
itu biarkan dia juga mempelajari sendiri tentang arti dari sebuah nilai”.